CVT Indonesia – Toyota Motor Corp kembali melanjutkan operasional sejumlah pabriknya di Jepang, Rabu (30/8) setelah sebelumnya mengalami kerusakan pada bagian sistem produksi, Selasa pagi.
Sebelumnya, perusahaan mengambil keputusan untuk menghentikan operasionalnya pada 12 pabriknya sejak Selasa pagi (29/8), dan hanya dua pabrik yang tetap beroperasi.
Perusahaan masih melakukan penyeledikan terhadap penyebabnya, tetapi diklaim bukan karena serangan siber yang dapat mempengaruhi proses pemesanan komponen mobil, dikutip dari Reuters.
Kesalahan sistem yang dialami Toyota, menjadi alasan terhadap produksi mobil untuk permintaan domestik Jepang terhenti selama satu hari.
Rata-rata produksi Toyota di wilayah Jepang mencapai sekitar 13.500 unit per hari selama paruh pertama tahun 2023. Data ini tidak mencakup kendaraan yang dihasilkan oleh anak perusahaan perusahaan tersebut, yaitu Daihatsu dan Hino.
Pada tahun sebelumnya, operasional produksi Toyota mengalami gangguan akibat terjadinya serangan siber terhadap salah satu mitra pemasoknya..
Saat itu, Toyota kembali melakukan operasionalnya dengan menggunakan jaringan cadangan. Peristiwa tersebut menyebabkan hilangnya produksi sekitar 13 ribu unit mobil.
Seiji Sugiura, seorang analis di Tokai Tokyo Research Institute merespon peristiwa hari ini, menjelaskan bahwa gangguan ini memiliki dampak besar terhadap perusahaan.
Seiji Sugiura mengungkapkan pandangannya bahwa perusahaan harus segera menambah lini produksi untuk memenuhi permintaan.
Di satu sisi, Toyota dinilai sebagai pionir dalam manajemen inventaris yang tepat waktu dalam menekan biaya, namun gangguan dalam rantai pasokan ini memberikan potensi risiko pada aktivitas produksinya.
Walaupun sumber dari kerusakan ini belum berhasil diidentifikasi, perlu ditegaskan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang, termasuk Toyota, telah mengambil tindakan pencegahan dalam beberapa hari terakhir, lantaran berbagai perusahaan dan lembaga pemerintah melaporkan adanya insiden “panggilan telepon yang mengganggu”.
Pemerintah telah mengindikasikan bahwa dugaan kuat menunjukkan bahwa panggilan tersebut berakar dari wilayah Tiongkok dan memiliki kaitan dengan tindakan pelepasan air radioaktif yang telah mengalami pengolahan dari fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke Laut Pasifik oleh pihak Jepang.
Leave a Reply