Opsi Kehadiran Mirai di Indonesia oleh Toyota, Dengan Catatan Sudah Siap

CVT Indonesia – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengumumkan kesempatan untuk memperkenalkan mobil berdaya hidrogen, Mirai, ke dalam pasar domestik sebagai alternatif baru untuk kendaraan yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan.

Namun, sebelum menjalankan langkah tersebut, sebagaimana disampaikan oleh Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam, terdapat beberapa aspek yang perlu dipenuhi terlebih dahulu.

“Bahan bakarnya dulu. Jangan sampai kita bawa mobilnya, bahan bakar-nya sangat terbatas,” jelas Bob di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (22/1/2024).

Selain itu, diperlukan regulasi yang tegas terkait penggunaan dan tarif perpajakan kendaraan berbasis hidrogen. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan tekanan tinggi hingga mencapai 700 bar pada proses pengisian hidrogen, sedangkan standar yang berlaku saat ini baru mencapai 150 bar.

“Jadi harus sama-sama bergerak. Jadi kemarin kita juga berkerja sama dengan BRIN, karena dia akan berada di tengah-tengah untuk membuat standar. Ini baru dari sisi tekanan loh, belum edukasinya,” kata Bob.

Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat positif untuk menerapkan kendaraan berbasis hidrogen sebagai sarana transportasi.

Maka dari itu, pihak TMMIN sepakat untuk menjalin kemitraan dengan anak perusahaan PT Pertamina Tbk, yakni Pertamina New & Renewable Energy, dalam upaya mengembangkan ekosistem hidrogen.

Pengumuman kolaborasi ini diumumkan oleh kedua belah pihak dalam rangka peresmian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen (SPBH) di Daan Mogot, Jakarta Barat, Rabu (17/1/2024).

“Dengan infrastruktur dari hulu ke hilir yang kami miliki, Pertamina jelas paling siap untuk mengembangkan ekosistem hidrogen untuk transportasi.,” jelas Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.

Melalui kemitraan ini, Toyota akan menyajikan Mirai sebagai alat penelitian. Kendaraan tersebut akan memanfaatkan fasilitas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Hidrogen (SPBH) yang dimaksud, sehingga ketika dioperasikan oleh masyarakat umum, sudah dalam kondisi siap pakai.

“Kami berharap bahwa studi Pertamina ini dapat melengkapi upaya-upaya pengembangan ekosistem transportasi yang mendukung dekarbonisasi. Baik dalam pengembangan kendaraan konvensional yang semakin hemat bahan bakar, kendaraan dengan bahan bakar baru dan terbarukan hingga kendaraan dengan teknologi-teknologi elektrifikasi,” ujar Presiden Direktur TMMIN Nandi Julyanto.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *